Gambar ilustrasi
JejakKASUS-Malam 1 Suro adalah malam di awal bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Dimana 1 Surat sama dengan 1 Muharram dalam penanggalan Hijriah atau penanggalan Islam.
Sejauh ini, Kementerian Agama (Kemenag) belum mengumumkan tanggal pasti Tahun Baru Islam 2023 atau 1 Muharram 1445 H. Namun, merujuk pada penetapan sementara pemerintah untuk bulan Zulhijah 1444 H jatuh pada tanggal 20. Juni 2023, 1 Muharram 1445 H jatuh pada Rabu, 19 Juli 2023.
Jika demikian, maka malam 1 suro di tahun 2023 jatuh pada malam Selasa, 18 Juli 2023. Penanggalan Hijriah adalah sistem penanggalan Islam yang didasarkan pada siklus bulan. Kalender Hijriah dimulai pada hari matahari terbenam di wilayah tersebut.
Banyak warga Jawa Timur yang biasanya menjaga tradisi pada malam 1 Sura atau 1 Muharram atau saat Tahun Baru Islam. Di bawah ini adalah beberapa tradisi yang biasa diadakan di Jawa Timur dan masih dilestarikan hingga saat ini.
1. Ritual Malam Gunung Lawu
Ritual malam 1 Suro di Gunung Lawu ternyata tidak hanya bisa diikuti oleh warga Gunung Lawu saja. Tapi juga bisa diikuti oleh para pendaki yang ingin menikmati indahnya pemandangan dipuncak gunung Lawu tersebut.
Biasanya, warga pada saat suroan mereka mulai mendaki gunung mengikuti jalur yang sudah ada. Penduduk sekitar hingga para pendaki mengikuti ritual dengan tujuan masing-masing.
2. Tradisi Baritan di Lereng Gunung Raung
Penduduk lereng Gunung Raung merayakan Malam 1 Suro dengan tradisi Baritan. Warga meminta diselamatkan dari bahaya, terutama dari letusan Gunung Raung. Tradisi ini merupakan ritual menolak bala atau bahaya di bulan Sura. Orang Jawa berdoa kepada Allah untuk pengampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dan kesengsaraan di dunia.
Biasanya, warga menggelar ritual Baritan ini di depan halaman desa. Seperti acara Selamat biasa, jemaah menyiapkan takir (hidangan di atas daun pisang) yang diisi dengan jamuan makanan sehari-hari.
3. Ritual Memandikan Keris Pusaka Di Surabaya
Sebagian masyarakat masih menggunakan malam 1 Sura atau 1 Muharram untuk menjamas atau mencuci keris mereka. Tujuannya untuk membersihkan pusaka peninggalan nenek moyang dan melestarikan besi tersebut. Itu masih ditemukan di Surabaya, yang merupakan kota metropolitan.
Alasannya tak lain adalah pelestarian tradisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ritual ini membutuhkan beberapa persembahan atau sesajen. Mulai dari kopi, telor ayam kampung, pisang, kemenyan, kelapa hingga bunga melati.
4. Ledug Suro Magetan
Ledug Suro merupakan tradisi turun temurun di Magetan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat Nya sehingga bertemu kembali dengan malam 1 Suro. Tradisi ini diselenggarakan dengan berbagai kegiatan.
Lomba lesung bedhug biasa diselenggarakan di Ledug Suro ini. Ada juga kue bolu yang dijadikan bahan rebutan antar warga yang sangat antusias menanti malam 1 Suro ini.
5. Grebeg Suro Ponorogo
Grebeg Suro adalah sebuah agenda tahunan yang sudah menjadi tradisi turun temurun sejak zaman nenek moyang di Ponorogo. Ada banyak kegiatan dan ritual di Grebek Suro tersebut.
Misalnya pertunjukan Reog, pertunjukan benda pusaka, bedhol pusaka serta ziarah makam. Pada malam Satu Suri juga dilakukan ritual penyucian benda pusaka atau Jamasan. PN
6. Ruwat Agung Nuswantoro di Mojokerto
Pemerintah Kabupaten Mojokerto memiliki 97 koleksi keris, lembing, dan pedang pusaka warisan leluhur yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Puluhan benda adat tersebut disucikan dengan air dari tujuh petirtaan di Bumi Majapahit ini pada setiap malam satu suro.
Jamas 97 benda Pusaka warisan nenek moyang tersebut merupakan bagian dari Ruwat Agung Nuswantoro yang menjadi agenda Pemkab Mojokerto setiap malam 1 Sura. Belati, tombak, dan pedang yang sudah selesai dijamas dikirab. Senjata tradisional tersebut kemudian diberikan kepada pemerintah termasuk Forkopimda.
7. Jamasan Keris Di Gresik
Jamasan Keris atau Jamasan Pusaka merupakan tradisi pada malam Suro pertama di berbagai daerah tak terkecuali di Gresik.
Masyarakat Gresik menyebut ritual tersebut sebagai Jamasan. Tumbuhan hijau, bunga melati, telur ayam kampung, dupa dan pisang dipersembahkan sebagai sesajen dalam ritual ini.
Sesajen yang sudah disiapkan ini ditempatkan di dekat Keris untuk yang akan dijaman. Sebelum keris memasuki prosesi penjamasan, terlebih dahulu mereka menyiapkan air dari tujuh sumur yang telah dicampur dengan jeruk nipis kemudian digosokkan pada keris beberapa kali.(F Yanto)